Tumbuhan Tuba Peracun Ikan Dan Serangga
Tuesday, April 16, 2019
Add Comment
Tuba, dalam bahasa ilmiah disebut Derris elliptica, merupakan jenis tumbuhan yang biasa dipakai sebagai peracun ikan. Akar tumbuhan Tuba ini mempunyai kandunganrotenone, sejenis racun berpengaruh untuk ikan dan serangga (insektisida).
Tuba sering disebut juga sebagai Akar Tuba. Dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Derris Root, Duva Ni Vavalagi, atau Tuba Root. Tanaman memanjat (liana) ini mempunyai beberapa nama lokal seperti; tuwa laleur, tuwa leteng, areuy kidang(Sunda), jenu, jelun,tuba, oyod tungkul, tungkul (Jawa), tobha, jheno, mombul (Madura).
Di negara lain dikenal dengan sebutan Tuba (Brunei), Hon (Laos), K’biehs (Kamboja),tuba root, tugling-pula (Filipina), Touba (Perancis), Akar Tuba (Malaysia), Lai Nam(Thailand).
Tumbuhan Tuba (Derris elliptica) yang berpotensi sebagai biopestisida ini selain dijumpai hampir di seluruh wilayah di Indonesia juga terdapat di Bangladesh, Asia Tenggara, dan beberapa kepulauan di Pasifik.
Ciri-ciri Tanaman Tuba. Tuba merupakan tumbuhan berkayu memanjat (liana) 7 – 15 pasang daun pada tiap rantingnya. Daun muda berambut kaku pada kedua permukaannya. Di bahagian bawah daun diliputi oleh bulu lembut berwarna perang. Batangnya merambat dengan ketinggian hingga 10 meter. Ranting-ranting Tuba bau tanah berwarna kecoklatan.
Mahkota bunga tumbuhan Tuba berwarna merah muda serta sedikit berbulu. Tumbuhan beracun ini juga mempunyai buah berbentuk lonjong (oval), dengan sayap yang tipis di sepanjang kedua sisi. kekacang nipis dan rata berukuran 9 cm, lebar 0.6 – 2.5 cm. dan terdapat 1 – 4 biji dalam satu kekacang.
Tumbuhan peracun ikan ini tumbuh terpencar-pencar, di daerah yang tidak begitu kering, di tepi hutan, di pinggir sungai atau dalam hutan belukar yang masih liar dan kadang kala ditanam di kebun atau pekarangan. Di Jawa tumbuhan Tuba didapati mulai dari dataran rendah hingga ketinggian sekitar 1500 m dpl.
Manfaat Tanaman Tuba. Tanaman ini merupakan penghasil materi beracun yang sanggup dipakai untuk mengendalikan hama serangga, baik di luar ruangan maupun didalam ruangan. Disamping rotenon sebagai materi aktif utama, materi aktif lain yang terdapat pada akar tumbuhan Tuba (Derris elliptica) yakni deguelin, elliptone, dantoxicarol.
Tanaman ini sering dipakai sebagai racun ikan. Namun sanggup juga sanggup dipakai sebagai insektisida, yaitu untuk pemberantasan hama pada tumbuhan sayuran, tembakau, kelapa, kina, kelapa sawit, lada, teh, coklat, dan lain-lain. Di Kalimantan, ekstrak akarnya dipakai sebagai racun untuk anak panah.
POTENSI BUDI DAYA TUBA
Tingginya harga pestisida belakangan ini, telah menjadikan petani kesulitan mengatasi serangan hama dan penyakit. Di lain pihak, konsumen juga mulai sadar, bahwa penggunaan pestisida kimia pada budidaya komoditas pangan, sayuran dan buah-buahan, potensial mengakibatkan gangguan kesehatan.
Dengan kondisi ibarat ini, penggunaan pestisida organik dalam budidaya komoditas pangan, sayuran dan buah-buahan, menjadi salah satu alternatif yang menarik. Alternatif lain yakni penggunaan net putih (kain kelambu), yang menutup seluruh areal pertanian. Cara ibarat ini sudah lazim dilakukan untuk budidaya buah-buahan dan sayuran di beberapa negara. Misalnya di Jepang dan Taiwan. Di Indonesia, penggunaan net pada lahan pertanian antara lain dilakukan di areal penanaman tembakau cerutu di Klaten, dan Jember.
Bagi petani Indonesia (perorangan), penggunaan net untuk buididaya tumbuhan pangan, sayuran dan buah-buahan masih terlalu mahal. Penggunaan pestisida organik sebetulnya juga sudah biasa dilakukan petani, tetapi masih sebatas pada budidaya udang dan bandeng di tambak air payau. Bahan pestisida organik yang mereka gunakan antara lain daun tembakau, dan biji teh. Hasilnya cukup efektif, dan tidak mengakibatkan timbunan residu yang mencemari lingkungan. Namun daun tembakau dan tumbukan biji teh. Masih belum banyak dipakai oleh para petani di lahan pertanian.
Salah satu sumber pestisida organik yang potensial untuk dibudidayakan secara massal yakni tuba (jenu, Derris elliptica). Sekarang ini, kita sudah melupakan tumbuhan tuba. Jarang sekali orang yang mengenal sosok tumbuhan ini, meskipun peribahasa “Air susu dibalas dengan air tuba.” masih tetap diajarkan di sekolah. Masyarakat pedesaan, hanya mengenal tuba sebagai racun untuk menangkap ikan di sungai. Tuba yakni tumbuhan liana, yakni batangnya berkayu, tetapi memanjat dengan cara membelit. Hingga budidaya tuba memerlukan tiang atau tumbuhan lain sebagai panjatan.
Sebenarnya ada sekitar 204 spesies, sub spesies, varietas, dan kultivar Derris., tetapi yang paling banyak dibudidayakan masyarakat hanyalah Derris elliptica. Tuba bisa diperbanyak dengan cara generatif (melalui biji), maupun vegetatif (stek batang/cabang). Perbanyakan dengan stek batang/cabang, akan lebih cepat menghasilkan individu tumbuhan baru. Meskipun perbanyakan secara massal, akan lebih hemat memakai biji yang disemai. Pertumbuhan tuba agak lamban. Diperlukan umur di atas 5 tahun, semoga tumbuhan bisa menghasilkan bunga dan buah (biji).
Bunga tuba berbentuk malai dengan warna pink cerah. Masing-masing kuntum bunga akan menghasilkan polong, yang hanya berisi satu biji, dengan bentuk dan ukuran sebesar biji buncis. Polong tuba akan berjatuhan di sekitar tajuk tanaman. Masa dorman biji tuba sangat singkat, kurang dari satu bulan. Hingga biji yang terkumpul harus segera disemai. Penyemaian dilakukan dalam wadah pot yang cukup besar (tinggi), dengan media pasir campur humus atau kompos. Wadah semai harus cukup tinggi, lantaran akar tuba akan tumbuh terlebih dahulu, dengan ukuran cukup panjang.
Penyemaian biji tuba memerlukan waktu sekitar dua bulan, gres akan menumbuhkan tunas. Keping biji tuba akan tetap berada dalam media, hingga yang keluar hanyalah tunas bakal batang. Setelah tunas keluar, wadah semai dibongkar, dan kecambah tuba dengan akarnya yang sangat panjang itu dipindah satu-satu ke pot paling kecil, atau gelas plastik yang telah dilubangi bab bawahnya. Semaian tuba dari biji gres bisa ditanam di lapangan pada umur di atas satu tahun. Beda dengan benih stek yang pada umur tiga hingga empat bulan sudah bisa dipindah ke lapangan.
Bahan stek tuba berupa cabang atau ranting berdiameter sebesar pensil atau jari tangan orang dewasa, dengan panjang potongan 30 cm. Bagian pangkal potongan stek, diolesi Rootone atau Bioroota (zat perangsang pertumbuhan akar). Kalau tidak tersedia dua materi ini, bisa diganti dengan cairan umbi bawang merah yang dipotong. Penyemaian bisa dilakukan dalam pot dengan merdia pasir dan humus, atau di dalam lubang semai. Pot dan lubang semai harus disungkup dengan plastik bening, hingga tunas stek tumbuh. Pembukaan sungkup dilakukan secara bertahap, hingga semai tidak stres.
Budi daya tuba secara massal untuk tujuan komersial, tidak memerlukan tiang panjatan. Benih hasil semaian biji maupun setek, ditanam dengan jarak rapat pada bedengan, ibarat halnya budidaya kentang atau ubijalar. Setelah satu tahun, bedengan dibongkar, akar tuba dipanen. Sebagian tajuk tananan dibuang, atau dijadikan materi stek baru. Tanaman yang sudah dipanen akarnya, bisa ditanam kembali, untuk dipanen tahun depan, dengan hasil yang akan semakin tinggi. Hasil panen akar tuba, bisa pribadi dipakai sebagai pestisida, bisa dikeringkan dan disimpan.
Akar tuba mengandung Rotenone, Tubatoxin, atau Paraderil (C23H22O6), yag merupakan racun kontak sangat kuat. Rotenone dari akar tuba, diambil dengan cara ditumbuk, kemudian dicampur air. Air tumbukan akar tuba akan berwarna putih susu, dan berbau sangat keras khas Rotenone. Aplikasi dalam pemberantasan hama di lahan pertanian, dilakukan ibarat biasa, dengan cara penyemprotan memakai sprayer. Warna air tuba yang putih ibarat susu inilah yang telah mengilhami nenek moyang kita membuat kiasan: “Air susu dibalas dengan air tuba!'
0 Response to "Tumbuhan Tuba Peracun Ikan Dan Serangga"
Post a Comment