Pengendalian Hama Tikus
Thursday, June 20, 2019
Add Comment
Diantara aneka macam jenis hama, tikus (rattus argentiventer) merupakan hama yang paling menjengkelkan alasannya ialah sulit diberantas. Tikus merupakan binatang bersifat jera hama, yaitu tidak akan memangsa umpan beracun yang sama bila ia pernah memakannya. Perkembangbiakannya pun sangat cepat. Dalam setahun sepasang tikus bisa beranak hingga 1.270 ekor.
Tikus menyerang flora padi mulai dari yang masih di persemaian, stadia vegetatif hingga sesudah membentuk biji. Artinya, tikus sangat menyukai daun, batang, maupun biji padi. Dalam pengendaliannya, sebaiknya dilakukan dengan cara-cara terpadu.
Teknik Budidaya
Pengendalian dengan cara ini ialah melaksanakan penanaman padi secara serentak biar serangan hama tidak mengarah hanya pada beberapa petak sawah saja. Idealnya, penanaman serentak dilakukan pada sawah seluas 20 hektar. Bila penanaman serentak mustahil dilakukan alasannya ialah petani di sekitar areal persawahan kita tidak mau melakukannya maka dengan teknik ini setidaknya sudah sanggup mengurangi intensitas serangan hama tikus.
Cara Biologis
Pengendalian secara biologis antara lain membiarkan aneka macam binatang predator tikus menyerupai ular sawah dan burung hantu hidup di sekitar aral persawahan.
Cara Fisik
Pengendalian tikus secara fisik dilakukan dengan cara pemasangan perangkap. Perangkap tikus berupa anyaman kawat besi — banyak dijual di pasaran — yang di dalamnya diberi umpan.
Untuk menghemat, perangkap bisa dibentuk sendiri dari batang bambu. Caranya, batang bambu berdiameter 9 cm dipotong sepanjang 30 cm. Salah satu ujungnya harus tertutup ruas dan ujung lainnya terbuka (mirip lubang). Setelah dinding bambu diolesi lem tikus, masukan umpan ke dalamnya. Tikus akan tertarik untuk masuk lubang dan tubuhnya menempel pada lem.
Selain dengan lem, bab dalam batang bambu juga bisa diolesi bubur kanji yang sudah dicampur dengan gerusan cabai rawit. Namun, batang bambu yang dipakai untuk cara ini kedua ujungnya harus terbuka. Letakan perangkap ini di depan lubangnya atau pada tempat-tempat yang sering dilalui tikus. Tikus yang melewati terowongan bambu tersebut akan terkena kanji pedas sehingga matanya menjadi buta dan balasannya mati.
Bisa juga tikus diberi umpan dengan memakai umbi gadung. Bila tujuannya untuk menekan perkembangbiakan tikus, umbi yang dipakai ialah umbi gadung KB (dioscorea composita). Sementara bila tujuannya untuk mengurangi populasinya, umbi yang dipakai harus umbi gadung racun (dioscorea hispida). Pemberian umpan ini yang terbaik ketika flora berada pada fase vegetatif. Bila umpan diberikan pada fase generatif, umpan tidak akan dimakan alasannya ialah tikus lebih tertarik pada bulir padi.
disamping memakai perangkap dan umpan, cara lain ialah dengan memakai buah jengkol atau mengkudu yang sudah hampir busuk. Kedua buah tersebut membuatkan aroma amis tidak sedap yang tidak disukai tikus. Cara penggunaannya ialah dengan mengiris-irisnya, kemudian disebarkan di areal sawah yang diserang tikus.
Cara Mekanis
Pengendalian secara mekanis ialah melaksanakan upaya goropyokan, yaitu memburu tikus dengan menghancurkan atau membongkar sarang-sarang tikus yang ada di sekitar areal persawahan. Biasanya dari sarang tersebut tikus akan keluar. Selain pembongkaran, cara lain untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya dengan pengomposan atau pengasapan belerang.
Tikus yang keluar dari sarangnya harus eksklusif ditangkap dengan cara diburu. Untuk memudahkan dalam perburuan bisa memakai derma anjing. Supaya lebih efektif, sebaiknya dilalukan secara bantu-membantu dengan petani lain. Akan lebih baik lagi apabila acara ini dilakukan oleh petani yang berbeda di areal yang berbeda pula. Namun, jikalau hal ini tidak bisa dilakuakan maka perlakuan di areal yang sama pun setidaknya sanggup mengurangi populasi tikus.
0 Response to "Pengendalian Hama Tikus"
Post a Comment