Pembesaran Belut Tanpa Lumpur
Sunday, February 16, 2020
Add Comment
Secara alamiah kawasan hidup belut (Monopterus Albus) ialah lumpur yang berair. Untuk keperluan itu para peternak belut harus menyiapkan media yang dibentuk dari banyak sekali jenis materi yang nantinya sanggup menghasilkan media sesuai atau paling tidak mendekati kawasan hidup aslinya. Beberapa pembudidaya diantaranya memang berhasil, tetapi untuk yang lainnya, kebanyakan masih bergelut dengan “teknologi do’a” biar sanggup panen dengan hasil sesuai yang diharapkan.
Karena hidup di dalam lumpur, tidak banyak yang sanggup dilakukan untuk memastikan jumlah serta perkembangan belut selama masa pemeliharaan. Dengan alasan itu maka muncul cara gres dalam perjuangan ternak belut, yaitu pembesaran belut tanpa media lumpur. Dalam hal ini pembudidaya cukup memakai air higienis (bening) sebagai media pembesaran belut.
Keuntungan pembesaran belut dengan metode ini adalah:
1. Lebih gampang dalam mengontrol perkembangan dan pertumbuhan belut sebab fisiknya kelihatan.
2. Tidak usah repot lagi mencari gedebong pisang, jerami, lumpur sawah, pupuk sangkar dan yang lain-lainnya untuk dijadikan sebagai media.
3. Jumlah bibit yang disebar sanggup lebih banyak, yaitu mencapai 30 kg/m3 bahkan sanggup hingga 50 kg/m3. Tentunya perbedaan ini cukup signifikan bila dibandingkan dengan yang memakai media lumpur yang hanya sanggup menampung bibit sebanyak 1 kg/m3. Ini berarti, tidak diharapkan lagi kawasan atau lahan yang luas.
4. Lebih efektif dan efisien dari segi waktu, tata laksana pekerjaan dan tempat.
Ada empat faktor penting yang sangat memilih berhasil tidaknya membesarkan belut dengan media air. Yang pertama ialah air. Dalam pembesaran belut tanpa lumpur, air merupakan faktor utama yang sangat fital. Kondisi air harus selalu dikontrol secara rutin, sebab akan kuat terhadap perkembangan belut. Air harus selalu jernih, mempunyai suhu antara 25-28 derajat celcius, pH antara 5-7, tidak mengandung zat kimia berbahaya dan selalu memakai air yang telah diendapkan, minimal selama 24 jam. Jangan memakai air PAM sebab mengandung kaporit, air yang eksklusif diambil dari sumur bor (pantek) sebab sangat minim kandungan oksigennya dan air limbah.
Pada setiap bak pemeliharaan wajib mempunyai sirkulasi meskipun debitnya sangat kecil. Sirkulasi tersebut berfungsi untuk menambah kandungan oksigen dalam air dan menjaga kebersihan air. Kolam akan keruh jikalau tidak ada sirkulasinya, dengan demikian harus sering diganti, paling tidak selama 2 atau 3 hari sekali. Tentunya ini akan sangat merepotkan sekali, bukan?
Air harus diganti apabila memenuhi salah satu ketentuan berikut:
1. Terlihat kotor/keruh atau warnanya sudah kuning kecoklatan.
2. Di dasar bak sudah terdapat endapan kotoran yang tebal.
3. pH air melebihi ambang batas akhir lendir yang dihasilkan dari badan belut.
Untuk lebih pastinya, duduk perkara pH air ini harus selalu diukur secara terjadwal jangan hingga pH air kurang atau melebihi dari ketentuan. Jika tidak mempunyai alat untuk mengukur pH sanggup dengan dikira-kira, biasanya air sedikit mengental sebab kebanyakan lendir belut.
Faktor penting yang kedua ialah pakan. Pakan juga termasuk salah satu faktor yang sangat memilih bagi perkembangan serta pertumbuhan belut. Berilah pakan secukupnya, jangan hingga kekurangan atau berlebihan dan berilah pakan yang paling disukai belut. Jika dalam tunjangan pakan terlalu banyak akan mengakibatkan air cepat kotor dan sanggup berakibat jelek pada belut sehingga belut gampang sakit dan lama-kelamaan sanggup mengalami kematian. Begitu juga bila tunjangan pakan kurang, maka sanggup menimbulkan sifat kanibalisme dan pertumbuhannya lambat.
Selama belut masih mau makan dengan pakan yang biasa diberikan jangan beralih ke pakan lain. Apabila makanannya akan diganti, jangan sekaligus (total) tetapi perlu waktu dan harus disubtitusi terlebih dahulu. Jika sesudah diberi pakan gres belut tidak mau makan, kembalilah ke pakan yang sebelumnya (lama).
Pakan yang paling baik ialah pakan alami bukan buatan menyerupai pelet. Jenis-jenis pakan yang disukai belut diantaranya cacing sawah (root/lor), cacing merah, cacing lumbricus, ikan cere, ikan cithol, ikan guppy, anakan ikan mas, anakan ikan lele, berudu (kecebong), lambung katak, keong mas/sawah, dan ulat hongkong.
Berikutnya ialah faktor bibit. Untuk keberhasilan pembesaran, pilihlah bibit yang berkualitas baik. Umumnya bibit belut yang ada ketika ini, sebagian besar, masih merupakan hasil tangkapan dari alam. Sedangkan cara yang dipake berbeda-beda dan pastinya akan kuat terhadap kualitas bibit.
Bibit yang ditangkap dengan cara alami memakai perangkap, menyerupai bubu atau posong, merupakan bibit yang cukup baik sebab tidak mengalami perlakuan yang sanggup menurunkan kualitasnya. Sebaliknya, bibit yang diperoleh dengan cara tidak baik, menyerupai disetrum, bukan termasuk bibit berkualitas. Bibit yang diperoleh dengan cara disetrum pertumbuhannya tidak akan maksimal (kuntet).
Memang yang paling baik ialah yang berasal dari hasil budidaya. Selain ukurannya seragam bibit ini jarang terjangkit penyakit. Sayangnya, bibit belut hasil budidaya untuk ketika ini masih sangat sedikit. Berikut ialah hal-hal yang harus diperhatikan terkait bibit belut yang berkualitas:
1. Tidak ada bekas luka
2. Lincah dan agresif
3. Tidak lemas
4. Ukuran seragam
Faktor penentu keberhasilan yang terakhir ialah kepadatan. Kepadatan penebaran bibit dalam bak pembesaran untuk tiap-tiap jenis ikan berbeda-beda dan akan sangat menghipnotis pada perkembangan, pertumbuhan dan tingkat kematiannya. Misalnya dalam pembesaran menyerupai ikan mas, gurame dan nila. Kalau penebarannya terlalu padat, waktu pembesaran sanggup terhambat walau tunjangan pakan sudah sesuai dengan hukum yang seharusnya, juga sanggup mengakibatkan tingkat ajal yang cukup tinggi.
Namun metode pembesaran belut tanpa lumpur ini sangatlah berbeda dengan penebaran bibit jenis-jenis ikan yang lainnya. Penebaran bibit yang padat, justru sangat baik untuk perkembangan belut itu sendiri dan juga sanggup menekan tingkat kematian, sebab belut akan memakai badan belut yang lainnya sebagai pengganti lumpur untuk kawasan bersembunyi sehingga sesama belut akan saling melindungi. Dalam hal ini, yang penting suplai makan mencukupi.
0 Response to "Pembesaran Belut Tanpa Lumpur"
Post a Comment