Berkah Dari Budidaya Ikan Sidat

Ikan sidat atau unagi banyak dikonsumsi sebagai masakan glamor di Jepang Berkah dari Budidaya Ikan Sidat
Ikan sidat atau unagi banyak dikonsumsi sebagai masakan glamor di Jepang, Hongkong, dan Korea alasannya ialah kandungan tinggi protein dan omegaSyang berguna untuk kesehatan tubuh. Namun, benih ikan sidat yang banyak di perairan Indonesia belum banyak dimanfaatkan di negeri sendiri.

Oleh BM LUKITA GRAHADYARINI

Di Indonesia, paling sedikit ada enam jenis ikan sidat (Anguilla sp), yaitu Anguilla marmomta, Anguilla celebensis, Anguilla ancentralis. Anguilla bomeensis, Anguilla bi-color bicolor, dan Anguilla bicolor pacffica. Melihat peluang pasar yang besar. Syaiful Hanif (32) dan sepuluh rekannya yang tergabung dalam Paguyuban Patra Gesit di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, mulai menjajaki perjuangan budidaya ikan sidat pada final tahun 200

Teknik pembesaran ikan sidat awalnya dipelajari Syaiful di Balai Layanan Umum Pandu Karawang, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Segmentasi ikan sidat bicolor dipilih dengan benih yang didapat dari hasil tangkapan alam.

Bermodal sedikit pengalaman, paguyuban yang dipimpin Syaiful itu lantas mengajukan kredit lunak pada Program Kemitraan dan Bina Lingkungan PT Pertamina Tbk Rp 1,2 miliar untuk jangka waktu 3 tahun. Kemudian, dana sebesar itu dipakai untuk membeli lahan seluas 2 hektar di Desa Lamaran Tarum, Kecamatan Can-tigi. Kabupaten Indramayu.

Selain itu, dana itu.untuk membangun 10 petak bak ikan berukuran masing-masing 20 x 30 meter persegi, pembelian benih ikan sidat, sertapersiapan sarana dan prasarana produksi Di antaranya peralatan diesel mengingat di wilayah itu belum ada jaringan listrik yang memadai.

Setelah lahan disiapkan. Syaiful dan rekan-rekannya mencoba mempraktikkan pembesaran ikan sidat bicolor di lahan mereka. Namun, perjuangan pembesaran ikan sidat bicolor temyata tidak mudah. Bicolor yang biasa hidup di arus pertemuan air sungai dan air maritim sulit menyesuaikan diri di bak air tawar.

Negara tujuan ekspor Ikan sidat ialah jenis kar-nivora (pemakan ikan) yang me-miliki sifat katadromos. yaitu awalnya berkembang biak di maritim dan selanjutnya mencari perairan umum (air tawar) untuk membesarkan diri.
Sifat itu menciptakan ikan sidat sulit menyesuaikan diri dan mengubah referensi makan di habitat gres bak air tawar. Tingkat pertumbuhan ikan bicolor juga tidak merata alasannya ialah ukuran benih yang ditebar tidak seragam. Usaha mereka pun berada di ambang kehancuran.

Namun, Syaiful tidak menyerah- Ia lantas menekuni riset pembesaran ikan sidat selama hampir setahun. Proses aklimatisasi diterapkan berupa pembiasaan lingkungan, temperatur, serta sortir benih ikan sebelum disimpan di kolam. Dengan perlakuan khusus, ikan sidat bicolor yang biasanya makan ikan lain itu berubah ke-biasaan menjadi rakus makan pelet Berpyak dari hasil riset tersebut. Syaiful dan te-man-temannya melanjutkan usaha. Tidak tanggung-tanggung, mereka pribadi beralih dengan membidik segmentasi ikan sidat marmorota yang ajakan dan harganya di pasar internasional jauh lebih tinggi

Ikan sidat marmorata terbukti tumbuh subur dengan tingkat hidup (SR) 80 persen. Jika dalam kurun 6 bulan pertumbuhan benih sidat hanya dari ukuran 0,2 gram menjadi 40 gram per ekor, dalam bulan ke-7 hingga ke-10 benih tumbuh pesat dari ukuran 40 gram ke 1 kilogram (kg) per ekor.

Pada panen perdana bulan Januari 2010, paguyuban itu menghasilkan panen sidat sebanyak 500 kg dan seluruhnya diekspor. Ekspor ikan hidup dengan bobot lebih dari 500 gram per ekor, harga jualnya berkisar Rp 120.000-Rp 160.000 per kg. Harganya akan semakin mahal kalau bobot ikan lebih dari 1 kg per ekor, yakni Rp 120.000-Rp 180.000 per kg.

Pasar utama ekspor ikan sidat ialah Hongkong, China, dan Taiwan. "Minat pasar ekspor yang tinggi terhadap ikan sidat menciptakan hasil produksi selalu terserap pasar, berapa pun jumlahnya," ungkap Syaiful.

Ia mengakui tidak sulit mencari benih ikan. Beberapa daerah perairan yang banyak terdapat benih ikan sidat di antaranya di pesisir Sumatera bab barat, Sulawesi, dan pantai selatan Jawa yang berbatasan dengan maritim dalam. Harga benih sidat marmomta Rp 120.000 per kg dengan ukuran benih 25 gram per ekor.

Sayangnya, seiring maraknya ajakan di pasar internasional, penyelundupan benih ikan sidat ke negara lain terus terjadi, di antaranya ke Jepang.

Penyelundupan di beberapatempat itu mendongkrak harga benih marmoruta hingga mencapai Rp 2,5 juta per kg.

Syaiful mengaku khawatir, dengan teknologi budidaya sidat di Tanah Air yang belum berkembang luas, bukan tidak munj0tin masyarakat Jepang kelak akan mencuri start dalam pembudidayaan ikan sidat secara luas.

"Indonesia ialah negeri produsen benih ikan yang besar dan kaya. Tetapi, kalau potensi itu tidak dimanfaatkan optimal, sanggup dipastikan rakyat Indonesia sulit memperoleh nilai tambah dari perikanan," ujar laki-laki yang sebelumnya menekuni bisnis penjualan pulsa itu.

Salah satu ambisinya dalam waktu bersahabat ialah memperluas pemasaran ikan sidat ke pasar-pasar dalam negeri "Kalau pasar ekspor dengan gampang sanggup ditembus, kenapa pasar dalam negeri justru tidak melihat potensi ini," papar Syaifui

Ia menargetkan produksi ikan sidat pada panen kedua bulan Juli 2010 sanggup mencapai 1 ton. Ia pun berencana memberdayakan masyarakat sekitar dengan menularkan teknik pembesaran ikan sidat ke warga Indramayu.

Caranya, melepas benih ikan sidat berukuran 100 gram kepada warga untuk dibesarkan hingga ukuran 500 gram, kemudian ditampung kembali untuk dipasarkan.

Pria lulusan politeknik Jurusan Mesin ITB angkatan 1996 ini berharap pemerintah mempunyai regulasi yang tegas untuk menyebarkan benih ikan sidat, memperluas teknologi budidaya lewat pemberdayaan masyarakat, serta menekan penyelundupan benih yang merugikan perikanan budidaya.


Sumber : Kompas

0 Response to "Berkah Dari Budidaya Ikan Sidat"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel