Membuat Sampah Jadi Berguna

 sanggup dikatakan tak seorang pun yang sesungguhnya mau tinggal di lokasi kawasan sampah terk Membuat Sampah Makara Berguna
Setiap orang niscaya menghasilkan sampah. Namun, sanggup dikatakan tak seorang pun yang sesungguhnya mau tinggal di lokasi kawasan sampah terkumpul. Selain wangi yang menyengat, dampak dari sampah pun sulit untuk disepelekan.
Jika di sekeliling Anda higienis dari sampah, bukan berarti sampah itu sudah lenyap. Sampah hanya berpindah tempat. Untuk menciptakan sampah lenyap total, agak mustahil. Apalagi mengingat kesadaran sebagian masyarakat yang masih rendah untuk mengurangi produksi sampah.

Sampah sudah menjadi dilema di banyak kota. Di Bandung, misalnya, menggunungnya sampah di banyak sekali sudut kota, hingga menciptakan petinggi negeri ini pun berkomentar. Di kawasan pembuangan final sampah Bantar Gebang, Bekasi, awal September lalu, hingga memakan korban jiwa. Gunungan sampah yang tingginya lebih dari 12 meter longsor, sejumlah pemulung di tengah malam itu pun tertimbun. Tiga orang di antaranya tewas, dan enam orang luka-luka.

Tingginya gunungan sampah di Bantar Gebang, antara lain disebabkan belum adanya pengelolaan dan pemisahan sampah dari masyarakat. Tidak banyak warga kota yang menggunakan kawasan sampah yang berbeda untuk memisahkan banyak sekali jenis sampah. Misalnya, menggunakan tong sampah biru untuk sampah lembap (organik) dan tong sampah oranye untuk sampah kering (non-organik).
Padahal pengelolaan dan pemisahan sampah merupakan tanggung jawab setiap orang, lantaran mereka ikut memproduksi sampah. Masyarakat bersama-sama sanggup ikut mengurangi dampak dari sampah dengan memisahkan sampah organik dan non-organik mulai dari rumah. Selain itu, mereka juga sanggup mengolah sampah, baik organik maupun non-organik, menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Menurut Nia Yuniarsih dari Kampung Bulak, Klender, Jakarta Timur, mengelola sampah lebih lanjut bersama-sama tak sulit. Kampung ini telah mempraktikkan mendaur ulang sampah menjadi kompos dan banyak sekali barang-barang bermanfaat lainnya.
Di lingkungan mereka, warga juga telah menggunakan dua tong sampah yang berbeda, yakni tong sampah biru dan oranye. Dengan pemisahan kawasan pembuangan ini, maka pengelolaan sampah baik di rumah maupun di kawasan pembuangan final akan lebih mudah.
Sampah lembap sanggup dimanfaatkan untuk kompos, sedangkan sampah non-organik sanggup dimanfaatkan untuk didaur ulang menjadi banyak sekali macam barang. Misalnya, Nia menciptakan topi dari kantong plastik bekas pembungkus makanan, sedotan untuk bunga atau taplak meja, dan kantong plastik bekas detergen atau pelembut pakaian untuk kawasan sepatu.
“Kami menyiapkan satu tong plastik besar untuk menampung sampah organik satu RT. Sejak dari rumah, warga telah memisahkan sampah hijau. Sampah itu kemudian disetor ke tong yang besar. Jadi, tidak perlu setiap rumah mempunyai tong plastik sendiri untuk menciptakan kompos,” tutur Nia.
Jangan buang sampah hijau
Sampah yang sanggup dijadikan kompos ialah sampah lembap yang gampang hancur atau larut, menyerupai potongan sayuran bayam, kangkung, singkong, jagung, dan sayuran basi. Pisahkan sampah lembap tersebut dari sampah plastik, kardus, kertas, bekas minyak, oli, air sabun, dan sebagainya.
Untuk menciptakan kompos, Anda memerlukan baskom plastik atau gentong plastik yang telah diberi lubang, dan ditancapkan pipa untuk jalan masuk udara. Saluran udara ini mempunyai kegunaan untuk memasukkan oksigen. Namun, untuk mencegah masuknya lalat ke dalam gentong atau ember, lubang pipa harus diberi kawat kasa.
Setelah baskom siap, sampah hijau berupa sisa sayuran, buah, potongan rumput, daun segar, dan sebagainya sanggup dimasukkan. Sebaiknya sampah hijau ini dicincang dulu, atau diiris kecil- kecil semoga mempercepat proses penghancuran.
Campur sampah hijau ini dengan sampah coklat (serbuk gergaji, sekam, daun kering). Campuran kedua jenis sampah ini menggunakan perbandingan 1:1. Tambahkan kompos yang sudah jadi atau lapisan tanah atas, kemudian diaduk. Jangan lupa sirami dengan air sedikit untuk menjaga kelembaban.
Bila ingin mempercepat proses pengomposan itu sanggup ditambahkan larutan EM4 (Effective Microorganism) yang dijual di toko pertanian atau toko materi kimia. Anda juga sanggup menambahkan molase (limbah kecap), larutan gula merah, atau gula putih.
Setiap tiga hari sampah di baskom itu diaduk untuk memasukkan oksigen dan menurunkan panas yang timbul lantaran proses pengomposan. Jika tampak kering, basahi lagi dengan air. Pengomposan telah selesai kalau gabungan menjadi kehitaman dan tidak berbau sampah.
Pembuatan kompos sanggup dilakukan sekaligus, atau selapis demi selapis. Misalnya setiap dua hari ditambah sampah yang gres (sampah hijau dan sampah coklat).
Kompos bermutu tidak menimbulkan efek-efek yang merugikan bagi pertumbuhan tanaman. Penggunaan kompos yang belum matang akan menimbulkan terjadinya persaingan materi nutrisi antara tumbuhan dengan mikro-organisme tanah. Ini justru akan menimbulkan terhambatnya pertumbuhan tanaman.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI), kompos yang sudah matang atau jadi mempunyai suhu yang sama dengan suhu air tanah. Kompos ini berwarna hitam dan bertekstur menyerupai tanah. Kompos juga harus berbau menyerupai tanah. Kompos yang sudah jadi dihentikan mengandung materi pengotor organik atau non-organik menyerupai logam, gelas, plastik, dan karet. Pencemar lingkungan menyerupai senyawa logam berat, B3, dan kimia organik menyerupai pestisida juga dihentikan ada dalam kompos ini.

KILAS KONSUMEN
Membuat Pupuk Cair
Sampah tidak hanya sanggup dibentuk menjadi kompos atau pupuk padat. Sampah juga sanggup dibentuk sebagai pupuk cair. Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Selain untuk pupuk, pupuk cair juga sanggup menjadi aktivator untuk menciptakan kompos.
Menurut Subagiyo, warga Tegal Parang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, yang telah mempraktikkan menciptakan pupuk cair, pupuk cair juga sanggup disiramkan ke lubang WC semoga limbah tinja di dalam septik tank menjadi padat.
“Dua liter pupuk cair sanggup menghemat penyedotan tinja. Jika biasanya setahun sekali tinja harus disedot, sanggup menjadi dua tahun sekali,” kata Subagiyo.
Berikut cara menciptakan pupuk cair yang telah dipraktikkan Subagiyo:

1. Cincang sampah hijau menyerupai sisa sayuran, sayuran basi, dan sebagainya.
2. Siapkan tong plastik atau tong bekas wadah cat tembok ukuran 25 kilogram (kg), lengkap dengan tutupnya. Siapkan juga kantong plastik ukuran 60 cm x 90 cm dan beri beberapa lubang sebesar 1 cm. Lubang ini untuk memperlancar sirkulasi air dalam tong.
3. Siapkan 1/4 kg gula merah yang sudah dilarutkan.
4. Siapkan 1/2 liter materi EM4 untuk mempermudah proses pelarutan.
5. Siapkan 1/2 liter air bekas cucian beras.
6. Siapkan 10 liter air tanah. Untuk hasil maksimal jangan gunakan air hujan atau air PAM.
7. Campur air bekas cucian beras, EM4, dan air gula ke dalam tong plastik. Sementara itu cincangan sampah hijau dimasukkan ke dalam kantong plastik yang sudah dilubangi. Setelah itu, masukkan kantong plastik ini ke dalam tong plastik dan tambahkan air tanah.
8. Ikat kantong plastik berisi sampah hijau itu dan tutup pula tong plastik itu dengan rapat selama tiga ahad (21 hari).

9. Setelah tiga minggu, sampah dalam tong itu tidak berbau dan kelihatan menyusut. Angkat sampah itu hingga air tiris. Sampah dari dalam plastik menjadi pupuk padat, sedangkan air dalam tong menjadi pupuk cair.

selain sanggup di gunakan sendiri pembuatan pupuk ini mempunyai prospek perjuangan yang sangat bagus

0 Response to "Membuat Sampah Jadi Berguna"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel