Dari Kompos Menjadi Tempe
Wednesday, June 12, 2019
Add Comment
Tahukah Anda bahwa jamur kompos (media tanam padat hasil pengolahan sampah organik) dapat menjadi materi utama pembuatan tempe, tempe gembus, dan tahu?
Inilah yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Nasional pada Bedah sains yang mengangkat tema “Mengubah Sampah menjadi Sumber Rupiah” di Jakarta, Sabtu (14/3).
Melalui proses laboratorium kompos diproses sedemikian rupa sehingga menghasilkan jamur berjulukan Rizopus. Proses ini berdasarkan Ika Sugiarti, mahasiswi Bio Industri Unas hanya dapat dilakukan pada uji laboratorium. Namun, masyarakat umum dapat membeli secara bebas di pasar-pasar tradisional dengan nama Larutempe.
“Ambil satu gram kompos dicampur 10 mili air aqua des. Dari sini adonan itu kembali diencerkan biar proses isolasi benar-benar murni. Kembali diambil lagi 1 mili cairan itu, masukkan kedalam medium selektif dan dicampur dengan 10 mili aqua des. Ini dilakukan selama 10 kali berturut-turut dengan mengawalinya melalui fortex (pengocokan),” katanya ketika menjadi pemandu dalam bedah sains tersebut.
Selanjutnya dari 10 medium selektif ini dihasilkan dua basil berjulukan Basilus Naptilus, Pseudunomas dan satu jamur berjulukan Rizopus.
Dari sini, rizopus dapat pribadi dipergunakan untuk kedelai yang akan diubah menjadi tempe, tempe gembus dan juga tahu. Dengan perbandingan satu kilo kedelai yang telah direbus memakai satu gram rizopus, begitupun dengan tempe gembus dan tahu.
Masa fermentasi, berdasarkan Ika tidak jauh berbeda dengan produk pasar lainnya (larutempe) yang menghabiskan waktu 2-3 hari.
Namun Ika dan kawan-kawan belum melepas ke pasar Indonesia. “Ya, ini hanya sebatas uji laboratorium dan proses pembelajaran teman-teman akademik,” Ika merendah.
Kata Ika, penelitian ini telah dilakukan semenjak 2004. Berangkat dari ketidakpuasan mengolah sampah-sampah organik menjadi kompos, Ika dan kawan-kawan lantas berinovasi bagaimana menghasilkan jamur dari kompos yang lebih menghasilkan uang. Jadilah uji laboratorium, yang menghasilkan basil rizopus.
Menurut Ika sampah organik berasal dari acara harian mahasiswa Unas berikut daun-daun di sekitar kampusnya. “Kenapa organik, alasannya yakni proses pembusukan relatif cepat dan mudah, selain itu material yang diharapkan tidak terlalu mahal dan masih tersedia di alam,” ungkapnya.
Institusinya menyadari imbas sampah pada lingkungan tidak hanya dibebankan kepada pemerintah, namun forum pendidikan dan juga masyarakat ikut bertanggung jawab.
Sumber: kompas
0 Response to "Dari Kompos Menjadi Tempe"
Post a Comment